July 23, 2008

The missing 'action'

Hello, there! Sorry for the absence, really got a lot to do lately. It seems like 24 hour a day is not enough! Dalam waktu 'bertapa' kemarin-kemarin ini, saya sangat disibukan dengan berbagai persoalan kerja dan juga pencarian solusi untuk menanggulangi berbagai masalah tersebut. It ain't easy, let me tell you that. Namun banyak yang saya pelajari, dan itu merupakan pelajaran yang sangat berarti. Salah satu yang saya sadari dalam kebiasaan manusia, dalam hal ini (atau blog ini) adalah recovering addicts yang sering sekali sulit untuk bergerak melakukan sesuatu, walaupun sebenarnya itu adalah ide atau kemauannya sendiri.

Recovering addict keluar dari program dengan penuh harapan. Harapan akan terjadinya sesuatu yang lebih baik di waktu ini dan yang akan datang. Bekerja, kembali kuliah ataupun aktif di organisasi merupakan pilihan terbanyak dari para lulusan program. Namun, sayangnya hanya sedikit yang berhasil mangatasi barrier yang terbesar: motivasi diri.

Ini sebenarnya turut dilatih dan diberikan pengarahan selama mengikuti program, namun sering sekali saya perhatikan, program itu pun tidak konsisten dalam melaksanakan ajarannya. Contoh yang paling mudah terlihat adalah lacking of aftercare program. Di banyak pusat rehabilitasi, ternyata aftercare program ini menjadi suatu yang kurang penting dibanding primary maupun re-entry program.

Banyak alasannya, mungkin disebabkan oleh sulitnya menarik bayara
n dari para alumnus sehingga program ini menjadi kurang menarik bagi manajemen, tidak adanya tenaga terlatih untuk menangani alumnus, dan masih banyak alasan lain. Yang paling menakutkan adalah pemikiran bahwa continuity program cukup sampai di re-entry, dan aftercare tidak penting.

Selama mengikuti program rehabilitasi, recovering addict mengikuti begitu banyak aturan dan jadwal yang telah terintegrasi dalam program harian, dimana mereka harus mengikuti susunan tersebut. Dalam hal ini memang perkembangan kreatifitas tidak perlu dibahas. Lagipula, ini adalah program rehabilitasi, bukan IKJ. Tapi apa yang hilang, dan sering sekali overlooked adalah hilangnya motivasi diri untuk membuat sesuatu yang tidak termasuk tugas-nya, atau tidak terjadwal. Inilah yang kemudian sering menyebabkan para alumnus memiliki kepribadian yang 'tunggu bola'. Seringkali kepribadian ini menyebabkan 'penyakit kemalasan'.

Seperti yang pernah saya tulis di blog pribadi saya (dario fauri's sunday jazz: positive thinking and positive action), bahwa ide-ide menarik yang sebenarnya bagus dan dapat di implimentasikan akan berakhir hampa tanpa kehadiran motivasi diri ini. Semangat, keceriaan, harapan yang timbul pada saat pembicaraan maupun perencanaan hilang, karena semua hal itu berakhir sampai disana, sampai di pembicaraan dan perencanaan namun tidak ada yang melakukan. Seperti ilustrasi lucu dibawah ini:

This is a story about four people: Everybody, Somebody, Anybody, and Nobody.
There was an important job to be done and Everybody was asked to do it.

Everybody was sure Somebody would do it. Anybody could have done it, but Nobody did it.
Somebody got angry about that because it was Everybody's job.
Everybody thought Anybody could do it, but Nobody realized that Everybody wouldn't do it.

It ended up that Everybody blamed Somebody when actually Nobody asked Anybody.


Seperti ungkapan yang saya tulis di salah satu posting saya di blog pribadi
(dario fauri's sunday jazz: positive thinking and positive action), bahwa sangat penting untuk memiliki positive thinking, namun tidak berarti tanpa positive action. Positive thinking without positive action is positively nothing!.

Procrastination would lead us nowhere. Tidak ada hal y
ang tercapai tanpa kita benar-benar melakukannya. Even when it seemed impossible, our motivation and action will lead us somewhere to the land of possibilities. Hal ini telah terjadi ke banyak orang, banyak role model yang dapat dijadikan panutan mengenai hal ini. Michaelangelo tidak pernah melukis di atap sebelumnya, apabila ia tidak memotivasi diri untuk melakukan apa yang dirasa sebagai sesuatu yang sangat sulit, maka kita tidak akan pernah melihat Sistine Chapel begitu indah.


Apa yang sebenarnya membuat kita begitu sulit untuk memulai melaksanakan sesuatu, itu diluar dari ilmu pengetahuan saya. Yang dapat saya sadari adalah bahwa hal tersebut yang begitu sulit saya hilangkan, dan saya bekerja sangat keras untuk mempertahankan kemalasan tersebut untuk tidak kembali lagi. Penjelasan ilmiahnya, silahkan comment bagi yang paham. Atau mungkin anda ada pemikiran tersendiri mengenai hal ini?

1 comment:

Amalia said...

saat ini saya sedang menjalani praktek kuliah kerja lapangan di salah satu pusat rehabilitasi milik pemefrintah..

Jujur, saya sangat bangga pada peran orang-prang seperti anda yang bisa dengan kuat dan bijaksana menjadi support system bagi para recovery addict di negeri ini.. salut!

Teruslah berjuang, Bro :)
jadilah rolemodel bagi adik" anda.

GBU all the time.. :)


-AMAL-