June 10, 2008

Guilt kills



Salah satu behavior dari seorang addict adalah tidak mengakui kesalahan/perbuatan dan dengan sadar menyembunyikan hal tersebut agar terhidar dari konsekuensi yang mungkin datang akibat dari perbuatannya. It's a chicken attitude, I know. But don't get me wrong, I know almost everyone is doing it too. Hanya saja di blog ini saya menulis tentang addicts, jadi fokus akan tetap membahas addicts.

Yang lebih memperparah keadaan mental dari seorang addict, bahwa behavior ini begitu mendarah-daging sehingga kadang sebuah kesalahan kecil yang -apabila orang lain tahu pun- kemungkinan outcome dari perbuatan itu tidaklah berat, bahkan mungkin tidak ada konsekuensi buruk yang harus dihadapi sama sekali. Namun paranoia akan konsekuensi yang begitu berat telah terbayang sebelum akal sehat dapat difungsikan. Mungkin karena addict memang jarang sekali memainkan peran akal sehatnya.

Hal ini menciptakan guilty feeling yang menumpuk, karena memang tidak diselesaikan atau dihadapi. Tumpukan ini menjadi begitu besar yang membuat efek snowball. Semakin ia ditambah dengan guilt baru, semakin ia membesar dan membahayakan. Untuk seorang addict, penambahan beban ini dapat di'celengkan' beberapa kali sehari. Kalau saja guilt merupakan sebuah tabungan uang di bank, tentu seluruh addict adalah sebuah kelompok manusia yang sangat kaya raya.

Handling guilts tidak mudah. Betapapun seorang addict dipercaya sebagai individu yang tidak, atau kurang, memiliki sense of knowing whats right and whats wrong, sebenarnya ia tahu, namun ditutupi dengan sempurna oleh topeng yang digunakan. Bagimanpu, topeng adalah topeng, yang merupakan sebuah tool untuk menutupi apa yang ada dibelakangnya.

Guilt yang bertumpuk inilah yang selalunya membuat proses recovery menjadi sulit untuk dijalani. Almost impossible untuk seorang addict menjalani proses ini apabila masih terus dibayangi oleh past yang buruk. Mungkin ia telah put behind all his mistakes atau telah juga dengan kesungguhan dan determinasi tinggi menyadari perlunya menjalani recovery process, namun, apabila guilt ini tidak dealt with dengan baik, maka proses tersebut akan terus berakhir dengan kegagalan. Because guilt kills!

Dengan penanganan yang benar, termasuk dealing dengan guilt secara efektif dalam salah satu metode 'leaving things behind', maka barulah seorang addict dapat sukses menjalani proses recovery. Memperlakukan guilt sebagai sebuah masalah yang perlu ditangani adalah crutial, tidak dapat dilewatkan dan dianggap remeh. Proses ini mungkin memakan waktu lama, tergantung dari kesungguhan dalam menjalaninya. Ini membutuhkan komitmen dari kedua belah pihak, yang menjalani treatment dan orang yang membantu dalam proses tersebut (konselor).
Blogged with the Flock Browser

No comments: