June 8, 2008

Unity is the key



Hopeless dengan macetnya jalanan Jakarta, sambil ganti-ganti lagu di iPod saya tersenyum dengan satu tulisan di kaca belakang Metro Mini di depan saya yang dengan santai-nya 'parkir' di tengah jalan, dimana sisa jalanan tidak lagi cukup untuk dilewati mobil, hanya motor yang nyelip-nyelip. Biasanya saya akan merasa kesal, namun kali ini tidak. Malah mendatangkan inspirasi. Tertulis di kaca itu "Bersaing kita di jalanan, bersatu kita di pangkalan".

Tahun 1998 adalah mulainya tahun menjamurnya
recovery center di Indonesia, terutama Jakarta. Dimulai oleh sebuah yayasan dimana saya lama bekerja disana, Titihan Respati, kemudian menyusul 'almamater' saya, Rumah Pengasih yang berasal dari Malaysia. Setelah itu banyak bermunculan pusat rehabilitasi baru, baik yang serius maupun yang hanya ikut-ikutan (sesuai karakteristik Indonesia). Of course, kelanjutan dari sekian banyak recovery center ini dapat terukur dari awal. Mereka yang serius tentu akan terus eksis dan bertambah kuat. Lain hal dengan center baru yang mungkin diawali oleh mereka yang gagal di center yang sudah ada, atau para 'mata duitan' yang coba untuk menduitkan kegiatan sosial ini.

Betul, seperti juga anda saya menyadari bahwa tidak peduli seberapa
noble niat kita dalam menolong orang, pasti ada yang mencari emas didalamnya, dan dengan cara yang tidak baik. Lah, wong duit bantuan Tsunami saja dijadikan penambah kekayaan pribadi, apalagi rehabilitasi. Apapun latar belakang center-nya, orang-orang (recovering addict) yang ada didalamnya seharusnya tetap diperhitungkan sebagai seorang recovering addict yang memang sedang mencari cara untuk berhenti dari addiction-nya dan seharusnya tidak di-ikut-sertakan dalam 'politik rehabilitasi' yang terus berkembang menjadi publikasi yang menjijikan.

Untuk mereka yang berada di
center yang kurang baik, mungkin mereka tidak punya pilihan lain karena informasi mengenai center yang baik tidak sampai ke mereka. Kembali lagi kepada anggota didalamnya, karena 'politik' itulah mereka saling bersaing -bukan bersatu-, yang menyebabkan adanya saling tuding dan bad rapping antar para anggota recovery center. Gosip-gosip murahan mulai berterbangan bebas, saling ejek, saling adu-jago dan saling jatuh-menjatuhkan. Dan ini lambat laun mulai ikut pula menjangkiti center yang terhitung berada di jalur yang benar. Pecahnya perkelahian antar center yang sebenarnya bersahabat pada sebuah pertandingan di kompetisi basket antar rehab adalah satu dari snowball effect permasalahan ini.

Recovering addict -tidak seperti masyarakat pada umumnya- adalah sebuah komunitas yang spesial, yang unik dan -correct me if I'm wrong- termasuk dalam kategori minoritas. Seharusnya semua harus bisa mempertahankan kesatuan tanpa terpengaruh oleh 'politik rehab' kotor yang dianut sebagian center-center busuk, yang, saya rasa, mungkin memang memiliki tendency untuk menghancurkan komunitas ini, for whatever reason. Apapun persaingan yang di spekulasi para 'tikus rehab', para pelaku sebenarnya (recovering addicts) tetap harus bersatu dan tidak saling menjegal.

Mungkin perlu adanya suatu badan atau organisasi atau asosiasi -atau apapun itu-, yang dapat menjadi media persatuan antar para
recovering addict, yang tidak melihat dari program mana ia berasal, namun melihat dari essence sesungguhnya, yaitu keinginan untuk mempertahankan recovery. Ini akan menjadi sebuah support system yang tidak bisa didapatkan dari pihak lain, tidak dapat ditandingi. We should unite, as one and nothing in between.
Blogged with the Flock Browser

No comments: